Metode Presipitasi


 Aplikasi Metode Presipitasi dalam Bidang Farmasi 

Komentar

  1. Didalam materi yang anda sampaikan, anda membahas tentang dalam pembuatan nanosuspensi salah satu metode yang digunakan adalah metode bottom-up dengan metode presipitasi.
    Dimana metode ini awalnya zat di larutkan kemudian dilakukan pengaturan nukleasi dengan berbagai cara seperti penguapan pelarut, menggunakan gelombang ultrasonik dan lainnya. Nah, bagaimana jika pada tahap pengaturan nukleasi itu terjadi kegagalan, langkah apa yang akan dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya. Pendekatan bottom-up didasarkan pada pengendapan larutan jenuh. Hal ini sering digunakan untuk produksi nanosuspensi baik dalam larutan massal atau tetesan tunggal. Metode ini digunakan dalam sejumlah proses farmasi seperti teknik pelarut-anti-pelarut, pemrosesan cairan superkritis, pengeringan semprot, dan penguapan pelarut-emulsi. Catatan khusus, nanopartikel diperoleh setelah beberapa langkah termasuk supersaturasi, nukleasi, difusi molekul zat terlarut dan pertumbuhan nanopartikel. Jadi tahap nukleasi ini salah satu rangkaian penting yang harus dilakukan, yang mana jika terjadi suatu kegagalan maka harus mengulangi tahap tersebut.

      Hapus
  2. Terima kasih sebelumnya atas vidio penjelasan mengenai metode presipitasi dalam bidang farmasi.
    Di tabel hasil yang di tampilkan ada zat aktif yang menggunakan metode presipitasi. Apakah zat aktif tersebut sukar larut dalam air atau tidak, dan bagaimana pengaruhnya dalam proses pembuatan nanosuspensi jika zat tersebut sukar larut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik saya akan menjawab pertanyaan dari Entang. Dari tabel ada beberapa zat aktif yang menggunakan metode presipitasi, diantaranya yaitu celastrol, Annonaceous acetogenins (ACGs), Curcumin, Hidroksi genkwanin (HGK), Genkwanin (GKA) dan Disulfiram (DSF). Dari beberapa zat aktif tersebut ada yang larut dalam air dan ada yang sukar larut dalam air, contohnya yaitu Celastrol memiliki kelarutan air yang buruk, yaitu 13,25 ± 0,83 mg/ml pada suhu 37°C. Karena kelarutan air celastrol yang buruk, pelarut minyak jarak polioksietilasi (Cremophor) dan etanol dapat digunakan sebagai pembawa. Untuk Annonaceous acetogenin bersifat sedikit polar dan mudah larut dalam pelarut organik pada umumnya sehingga dapat diekstraksi menggunakan etanol. Selain itu, berdasarkan data kelarutan, kurkumin sukar larut dalam air. Kelarutan kurkumin dalam air adalah 3,12 mg/L pada suhu 25°C. Kurkumin sukar larut eter, mudah larut alkohol dan asam asetat glasial, sangat mudah larut pada etanol dan asam asetat. Jadi ada beberapa zat aktif mudah larut dalam air dan yang sukar larut dalam air, dalam pembuatan nanosuspensi untuk zat aktif yang sukar larut dalam air nantinya akan dilarutkan terlebih dahulu ke dalam pelarut organik untuk zat-zat yang tidak larut dalam pembawa air. Contoh pelarut organik adalah alkohol, eter, ester, etil asetat, keton, dan sebagainya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer